Terima Kasih Atas Kunjungannya

Senin, 24 Mei 2010

Tujuan Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha mentransfer dan mentransformasikan pengetahuan serta menginternalisasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.
Pendidikan Islam, seperti pendidikan pada umumnya berusaha membentuk pribadi manusia, harus melalui proses yang panjang, dengan gasil yang tidak dapat diketahui dengan segera. Berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembentukannya. Oleh karena itu, dalam pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan rumusan-rumusan yang jelas dan tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan Islam harus memahami dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Sesuatu yang akan dicapai tersebut dalam istilah pendidikan disebut dengan “Tujuan Pendidikan.”
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan, sebab, tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah. Oleh karena itu, perumusan tujuan pendidikan dengan jelas dan tegas, menjadi inti dari seluruh pemikiran paedagogis dan perenungan filosofis .

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah menjelaskan dan memaparkan pentingnya memahami tujuan pendidikan Islam untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa.

BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Definisi Pendidikan
1. Definisi Pendidikan secara Umum
Definisi pendidikan menurut para ahli, di antaranya Frederick J. Mc. Donald,
Pendidikan adalah suatu proses/kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabi’at (behavior) manusia. Yang dimaksud behavior adalah setiap tanggapan/perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.

2. Definisi Pendidikan Menurut Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.
Apabila pengertian pendidikan diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang/sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manua (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangan suatu pandangan hidup, sikap hidup/keterampilan hidup pada beberapa pihak. Keduanya harus bernafaskan ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunah (hadits).

B. Tujuan Pendidikan
1. Pengertian Tujuan
Dalam bahasa Arab, istilah tujuan (sasaran) dinyatakan ghayat/ ahdaf/maqashid. Dalam bahasa Inggris tujuan dinyatakan dengan goal/ purpose/objective/aim. Secara umum keduanya mengandung pengertian sama, yaitu arah suatu perbuatan yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas .
Tujuan menurut Zakiah Daradjat adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.

2. Tujuan Pendidikan Pancasila
Rumusan formal institusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan undang-undang kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

3. Tujuan Umum Pendidikan Manusia
a. Hakikat Manusia Menurut Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surat al-Qashash:77, “Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia.”



b. Manusia dalam Pandangan Islam
Manusia mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup di dunia. Manusia juga mempunyai akal.
Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al-Hijr:29 “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya Roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya.”
Kekuatan rohani (qalbu) lebih tegas daripada kekuatan akal. Islam sangat mengistimewakan aspek qalbu. Qalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Qalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh, bahkan iman itu, menurut al-Quran tempatnya di dalam qalbu.

C. Tahap-tahap Tujuan
Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi:
1. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna)
Indikator dari insan kamil adalah :
a. Menjadi hamba Allah;
b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
c. Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.
Selnjutnya firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Qashash:77. “dan carilah apa yang dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi”.
Sabda Rasulullah saw, “Bekerjalah untuk urusan dunia seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhirat seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (al-hadits)
Ketiga tujuan tertinggi tersebut, berdasarkan pengalaman sejarah hidup manusia dan dalam pengalaman aktivitas pendidikan dari masa ke masa, belum pernah tercapai seluruhnya, baik secara individu maupun sosial. Apabila yang disebut kebahagiaan dunia dan akherat, kedua-duanya tidak mungkin diketahui tingkat pencapaiannya secara empirik. Tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna.

2. Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik .
Sementara itu para ahli pendidikan Islam merumuskan tujuan umum pendidikan Islam ini, diantaranya :
a. Al-Abrasyi, merinci dari tujuan akhir pendidikan Islam menjadi lima tujuan, yaitu :
1) pembinaan akhlak;
2) menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat;
3) persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat;
4) penguasaan ilmu/semangat ilmiah; dan
5) keterampilan bekerja dalam masyarakat/menyiapkan pelajar dari segi profesional.
b. Nahlawi, menunjukan empat tujuan umum dalam pendidikan Islam, yaitu :
1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran. Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada Allah.
2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat pada anak-anak.
3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya.
4) Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat mereka sebaik-baiknya.
c. Al-Buthi juga menyebutkan tujuah macam tujuan umum pendidikan Islam sebagai berikut:
1) Mencapai keridlaan Allah, menjauhi neraka dan siksaannya dan melaskanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya (induk dari segala tujuan pendidikan Islam).
2) Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasar pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridhai oleh-Nya.
3) Menempuh rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridhai oleh-Nya.
4) Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya, begitu juga mengajar manusia kepada nilai-nilai dan akhlak yang mulia.
5) Mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan akidah yang dalam, penyerahan dan kepatuhan yang ikhlas kepada Allah.
6) Memelihara bahasa dan kesusastraan Arab sebagai bahasa al-Quran dan sebagai wadah kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan Islam yang paling menonjol, menyebarkan kesadaran Islam yang sebenarnya dan menunjukkan hakikat agama atas kebersihan dan kecemerlangannya.
7) Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan kerja sama dalam rangka prinsip-prinsip dan kepercayaan Islam yang terkandung dalam al-Quran dan sunah.
d. Asma Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan Islam dapat diperinci menjadi:
1) tujuan keagamaan;
2) tujuan pengembangan akal dan akhlak;
3) tujuan pengajaran kebudayaan; dan
4) tujuan pembicaraan kepribadian.
e. Munir Mursi, tujuan pendidikan Islam menjadi:
1) bahagia dunia dan akhirat;
2) menghambakan diri kepada Allah;
3) memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam; dan
4) akhlak mulia
Kenyataan menunjukan bahwa tujuan tertinggi/terakhir/tujuan umum, dalam praktek pedidikan bisa dikatakan tidak pernah tercapai sepenuhnya. Untuk mencapai tujuan tertinggi/terakhir tersebut diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir, sedangkan tujuan umum “realisasi diri” adalah becoming (proses pencapaian tetap berlangsung selama hayat), sesuai dengan hadits Nabi saw. “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Konsep tersebut mendahului konsep dewasa ini (long life education).
Konferensi Internasional pertama tentang pendidikan Islam di Mekkah, 8 April 1977 menyatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan, dan penghayatan lahir.
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relative sehingga memungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tututan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
b. Minat, bakat, dan kesanggupan subjek didik
c. Tuntutan situasi, kondisi dan kurun waktu tertentu
Hasan Langgulung, merumuskan tujuan khusus yang mungkin dimasukkan di bawah pertumbuhan semangat agama dan akhlak, antara lain sebagai berikut:
a. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah agama serta menjalankan dan menghormati syi’ar-syi’ar agama.
b. Menumbuhkan kesadaran yang betul di pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia.
c. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari kiamat berdasar pada paham kesadaran dan perasaan.
d. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
e. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada al-Quran, membacanya dengan baik, memahaminya, dan mengamalkan ajarannya.
f. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan pahlawan-pahlawannya serta mengikuti jejak mereka.
g. Menumbuhkan rasa rela, optimisme, percaya diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong-menolong atas kebaikan dan taqwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, berjuan untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan bersiap untuk membelanya.
h. Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah dan nilai-nilai dan membiasakan mereka menahan motivasinya, mengatur emosi dan membimbingnya dengan baik, begitu juga mengajar mereka berpegang dengan adab sopan pada hubungan dan pergaulan mereka, baik di rumah, di sekolah atau di mana saja.

4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena hal itu, tujuan sementara kondisional (tergantung faktor di mana peserta didik itu tinggal dan hidup). Dengan adanya hal tersebut, Islam bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.
Prof. Dr. M.J. Langeveld membedakan enam macam tujuan di dalam pendidikan:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadap anak didik. Membawa anak dengan sadar dan bertanggung jawab ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Di sebut juga dengan tujuan akhir/tujuan total/tujuan lengkap.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjelasan dari tujuan umum. Untuk menuju ke tujuan yang umum tersebut tahap-tahap anak tentu mempunyai jalannya sendiri tergantung dari beberapa kejadian.
1) tergantung dari sifat/bakat daripada anak didik;
2) tergantung dari kemungkinan-kemungkinan yang ada di dalam keluarga/alam sekitar daripada anak didik;
3) tergantung dari tujuan kemasyarakatan anak didik;
4) tergantung dari kesanggupan yang ada pada pendidik; dan
5) tergantung dari tugas lembaga pendidikan.
c. Tujuan Seketika (Tujuan Insidentil)
Tujuan ini merupakan tujuan tersendiri yang bersifat seketika (momentil), seperti ketika pendidik mempunyai maksud untuk mendidik.
d. Tujuan Sementara
Tujuan ini seolah-olah merupakan tempat berhenti/tempat istirahat di dalam perjalanan menuju ke tujuan umum. Contoh, belajar berbicara, yang mempunyai hubungan erat dengan masa perkembangan anak.
e. Tujuan Tidak Lengkap
Tujuan ini mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerohanian pada bidang-bidang etika, keagamaan, estetika, dan sikap sosial daripada orang lain.
f. Tujuan Perantara (Intermediair)
Tujuan ni sama dengan tujuan sementara, tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis daripada tugas belajar .
H. Koestoer Partowisastro, S.Psy., untuk meningkatkan tujuan-tujuan utama dari pendidikan (promoting the major objectives of education). Salah satunya dengan belajar metode kelompok akan menimbulkan kesanggupan berfikir secara positif dan kritis, perkembangan disiplin diri, kesanggupan untuk bekerjasama dengan orang lain secara effective, kemauan untuk bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain .

D. Aspek-aspek Tujuan
Aspek tujuan pendidikan Islam meliputi empat hal, yaitu:
1. Tujuan Jasmaniah (Ahdaf al-Jismiyyah)
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya di samping rohani yang teguh, serta memiliki keterampilan yang tinggi . Dalam hadits Rasulullah saw, “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih di sayangi oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.”
2. Tujuan Rohaniah (Ahdaf al-Ruhiyah)
Tujuan pendidikan rohaniah diarahkan kepada pembentukan akhlak mulia, oleh para pendidik modern Barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan religius, yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu, karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non religius dalam Islam .
Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah mengatakan bahwa tujuan pendidikan ruhiyah mengandung pengertian “ruh” yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah, dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada di dalam hubungan dengan-Nya.
3. Tujuan Akal (Ahdaf al-Aqliyah)
Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak. Kemudian melalui observasi panca indra, manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis keajabian ciptaan Allah di alam semesta. Proses intelektualisasi pendidikan Islam terhadap sasaran pendidikannya berbeda dengan proses yang dilakukan oleh pendidikan non Islami.
Ciri khas pendidikan yang dilaksanakan oleh Islam adalah tetap menanamkan (menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti keimanan, akhlak, dan ubudiyah serta muamalah kedalam pribadi anak didik.
4. Tujuan Sosial (Ahdaf al-Ijtima’iyyah)
Tujuan sosial merupakan pembentukan kepribadian yang utuh. Artinya, manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang, yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Keserasian antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individual. “Aku” dan “kami”, merupakan pernyataan yang berarti seseorang tidak boleh berarti kehilangan “aku”-nya dalam kehidupan masyarakat.

E. Ranah Tujuan
Secara umum Nana Sujana , merangkumkan ranah tujuan (meliputi domain, kognitif, afektif dan psikomotor) untuk tiap-tiap bidang atau domain.
1. Domain kognitif : a) pengetahuan yang khusus; b) pemahaman; c) penggunaan/aplikasi; d) analisa; e) sintesa; f. evaluasi.
2. Domain Afektif : a) menerima; b) menjawab; c) menilai; d) mengorganisasikan; e) memberi sifat atau karakter
3. Domain Psikomotor : a) gerakan refleks; b) gerakan dasar/sederhana; c) kemampuan menghayati; d) kemampuan fisik (jasmani); e) gerakan yang sudah terampil; f) komunikasi ekspresif.
Tiga ranah ini amat terkait dengan salah satu orientasi kurikulum, yaitu orientasi pada peserta didik (memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan).
Ranah tujuan pendidikan Islam lebih luas dari ranah di atas; di samping kognitif, afektif, dan psikomotorik, juga meliputi ranah kognitif dan performance konatif, berhubungan dengan motivasi/dorongan dari dalam atau niat, sebagai titik tolak peserta didik untuk melakukan sesuatu. Sedangkan performance adalah kualitas/kinerja yang dilakukan seseorang.

F. Fungsi Tujuan
Pendidikan sebagai suatu usaha pasti mengalami permulaan dan mengalami kesudahan. Umumnya, suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai. AD. Marimba menyatakan fungsi tujuan adalah pertama, sebagai standar mengakhiri usaha, kedua, mengarahkan usaha, ketiga, merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, keempat, membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, kelima, mepunyai dinamika dari usaha itu, keenam, memberi nilai (sifat) pada usaha itu.
Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara. Fungsi tujuan sementara ialah membantu tujuan-tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir.
Menurut H.M. Arifin, dengan adanya tujuan yang jelas, maka suatu pekerjaan akan jelas pula arahnya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang diyakini, yang kelak akan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia (nilai ideal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar